Halaman

Sabtu, 12 Januari 2013

Sunset

    Dia si lelaki sederhana dalam setiap caranya. Membuat aku menyadari bahwa bukan sunset semata yang membuat langit jingga terlihat Indah. Ada lagi setelah itu, bersama siapa kita melewatinya. Karena ketika sehari kita melewati hari dengan sendiri, sore akan tetap datang, dan petang pun menyusul sebagai penutup hari yang entah besok masih terang atau disudahi. dan dia menyadarkan aku. Bahwa aku membutuhkan seseorang, yang sedia menemani pagi, siang , dan saat sore menjelang bukan lagi seperti salam perpisahan pada dunia untuk esok, melainkan meresapi keindahan sunset bersama dia yang menemani kita dan berani melewati bersama gelapnya malam hari. #life #love #mystery #random









Lampu Neon Malam Hari





          Buatku duniaku saat ini lebih menyenangkan. Bukan berarti aku hanya menuntut pada kesenangan dalam setiap hidupku. Bahkan, seingatku cerita panjang dalam setiap fase hidupku penuh dengan air air duka dibanding suka. Tapi mereka merubah pikiran skeptisku selama ini. Tadinya aku hanya seorang yang tak sengaja lewat dalam perkumpulan asing yang selalu aku pandang sebelah mata. Hingga akhirnya aku merasa lelah dengan dunia yang terlalu serius aku jalani, dan aku rehat untuk duduk disamping mereka. Dari jarak yang agak dekat aku menyadari bahwa dunia mereka itu lampu neon malam hari. mereka tidak hanya tertawa dan mentertawakan lucunya hidup ini. Jauh dari itu mereka justru lebih dewasa dalam menyikapi hidup yang sebenarnya justru kekanak-kanakan dan konyol. Paling tidak disini, aku tidak menemukan ke-naif-an sedikitpun karena mereka adalah orang-orang yang membalik arah saat orang-orang justru berjalan lurus untuk membuat topeng mereka masing-masing. Dan aku bahagia ada disini. Mereka adalah orang-orang dan cerita hidup yang mempengaruhi pola berpikirku untuk lbih realistis dan humoris. Mereka adalah kegilaan paling manis yang pernah aku rasakan. Akan seperti apa ya kita nanti?... yang pasti kalian bagian hidup yang tidak akan aku hapus untuk pengalaman mudaku. kalian adalah  Lampu Neon Malam Hari untukku. Karena kalian tidak perlu siang atau bahkan malam itu sendiri untuk menunjukkan pada dunia kalian ada  dan berbahagia. Bahkan kalian tetap terang seadanya dan sederhana untuk cahaya dan warna kalian masing-masing.

Jumat, 11 Januari 2013

Empat Warna Diantara Jingga

            Apa yang membuat kita berfikir bahwa apa yang kita jalani adalah seharusnya? Terkadang ketika keinginan dan ego mendukung dengan keadaan kita saat ini untuk melakukannya, kita justru berfikir bahwa semua berpihak pada kita dan itu merupakan tindakan yang sudah benar menurut kita. Tapi, logika adalah no dua saat yang kita inginkan sedikit lagi terwujud. Dan pada akhirnya benar atau tidak pilihan atau sesuatu yang kita lakukan sekarang bukan lagi hal yang prioritas. Tapi saat ini, aku justru terjebak dalam dimensi pemikiranku sendiri mengenai benar atau tidaknya yang aku pilih saat ini. Ketika yang kita pilih dan lakukan bukan lagi mengenai pikir yang beririsan dengan logika, tetapi justru soal perasaan yang sangat bersilangan dengan logika. Bahkan, tidak ada urusan sama sekali dengan logika.

             Hari ini aku memilih menjadi wanita realistis. umurku bukan saatnya lagi untuk menangisi soal perasaan. Bahkan itu sungguh hal yang munafik saat sebenarnya aku sadar betul bahwa pilihan pendidikan ku saat ini saja justru bersilangan dengan perasaanku. Lalu apa lagi yang harus dipertimbangkan soal hati? rasanya itu hanya hal yang tidak perlu terjadi pada fase hidupku di taraf sekarang. Mungkin saja, jalinan perasaan dengan masa lalu harus selesai dengan atau tanpa persetujuan perasaanku untuk left out. Karena untuk terus dewasa, bahagia, dan selamanya pilihannya hanya dua: 1.berdampingan dengan orang yang kita cintai atau 2.mengabdi kebahagiaan pada orang yang mencintai kita. jalinan perasaanku yang dulu adalah pada pilihan yang pertama, buatku, pengalaman itu adalah hal bodoh dan paling mendidik sepanjang hidupku. Bertahun-tahun aku berusaha sedemikian rupa agar diterima dan dilihat sebagai aku. Bahkan , bodohnya aku mencoba menjadi pujaannya. lalu? yang terjadi? Aku melakukan apapun termasuk lebih memilih dia dibanding Alm.Ayahku. suatu hal yang bodoh, kusesali dan mendidikku. Hingga akhirnya perlakuan-perlakuan unlogic darinya yang akhirnya menyadarkan aku bahwa ini salah. Ini bukan kasih sayang sebagaimana Tuhan menganjurkan. Ini justru seperti membelenggu diri dalam sangkar penyiksaan pada usaha dan definisi sendiri. Yang didalamnya bukan sepasang merpati saling mencintai, justru hanya aku dan bayangan harapan atas segala sesuatu yang aku harapkan. Dan saat dia menghentak keras untuk menghempaskan aku, aku tak lagi mencoba untuk mengiba seperti dulu, aku memilih pergi~

            Pilihanku saat ini, memperbaiki pilihanku, memilih pada pilihan yang kedua, dimana yang saat ini datang dengan caranya sendiri, membuka halaman pada kertas usang yang coba dia bersihkan dengan caranya sendiri. Dia berbeda. Tidak ingin menjadi atau mencari siapa2 dari diriku. dia tau betul bagaimana keadaanku, yang sebenarnya secara kualifikasi seharusnya gugur menjadi pilihan laki-laki berpikiran waras. Dan ini merupakan definisi hidup dewasa yang aku pilih. Dia adalah lelaki yang mudah dicintai hawa manapun. sederhana. itulah dia. dan aku menyayanginya. Saat ini, aku ucapkan selamat sore pada langit terjingga sepanjang hidupku. Sunset terindah. Dan tawa kecil sederhana. Terimakasih Tuhan.