Dimanakah masa yang membuatmu betah
berlama-lama dalam putaran waktunya? Yang seperti membuatmu tenggelam dan
bermain dalam ‘area permainanmu’ sendiri tanpa mempedulikan realita yang
terjadi disekelilingmu. Yang segalanya sesuai dengan aturanmu. Masa kecilkah?
Atau mungkin masa SMA? Atau ketika kamu merasa memiliki seseorang atau
sekumpulan orang-orang yang sepaham denganmu dan menjadi sahabat? Atau masa
ketika kamu merasakan yang namanya jatuh cinta?
Untukku….., aku tak ingat pasti bagaimana
aku merasakan itu dan kapan. Karena pastinya kejadian-kejadian itu akan terjadi
jamak dengan perbedaan cerita yang tunggal. Tunggu-sebentar! Apakah kalian juga
demikian? Aku butuh jawaban. Agar aku tidak merasa janggal pada takdir dan
kehidupan ku sendiri. Tapi aku tidak seabnormal itu untuk tidak mengingat
bagian-bagian terbaik dalam hidupku. Saat ini aku merasa SMA adalah masa
terbaikku, disana aku bertemu dengan my dejavu childhood yang sekarang telah menjadi my
best fuckin’ mate to going make some crazy action (boyf) :p, dan
sahabat-sahabat terbaikku dengan segala latar belakang dan watak yang
mendewasakanku.
Tetapi, pada detik setelahnya, aku malah
tenggelam. Tenggelam pada kerumunan gumpalan gula-gula pada setiap jengkal bagian hidupku
yang menyenangkan ini. Tapi aku merasa asing disini. Karena ….. hmmm pernahkah
kalian merasa dalam suatu masa dimana sebenarnya itulah saat terbaik kalian
melakukan berbagai hal yang menyenangkan, tapi keadaannya justru berbanding
terbalik dengan keadaan yang ada? Jika kalian pernah itulah yang aku rasakan
sekarang.
Yang pasti memakan gula-gula yang
kini menenggelamkan aku didalamnya saat ini, justru terasa asin. Ya itulah hidup, segala yang terjadi tak akan bisa dengan
bijaksana berbanding lurus dengan mudahnya, karena kebijaksanaan itu sendiri.
Tidakkah kalian merasa bingung dengan permainan kata yang sedang kumainkan ini?
Tenang saja ini bukan berarti apa-apa, bukan juga dalam arti ‘permainan’ yang
sebenarnya. Karena aku tidak sepicik itu. Ah, buang-buang waktu ya?
Sebenarnya aku hanya mengutarakan
ketidakjelasan definisi yang sedang bergulat dalam pikiranku sendiri. Klise.
Anggap saja demikian. Aku hanya ingin benar-benar mendeskripsikan jalan
pikiranku sesuai dengan definisi yang kubuat sendiri. Aku tidak memaksakan,
lagipula setiap orang memiliki aturan, pemikiran dan definisinya sendiri, yang
perorangnya memiliki 180 derajat bedanya. Jadi itulah yang membuat hidup
kita-lebih-berwarna. Yang mungkin menjadi seceria jingga atau malah membanting
arah menjadi kelabu seperti abu-abu.
Untukku pria yang satu ini. Dia àILFAD :D adalah bagian pelangi yang
beregradasi warna dari terang sampai gelap. Yang senantiasa tak pernah bosan membuat aku
tertawa, menangis, jengkel, atau merubahku menjadi psikopat, ya itulah dia.
Salah satu bagian terbaik dari masa SMA ku. Pria yang unpredictable sikapnya.
Kembali pada masa dimana saat kita pertama bertemu. Ingatkah kamu? oh how look
I’m as a bitch this! :p. Saat itu aku hanya memperkenalkan diri dengan
angkuhnya sikapku, tapi justru berbeda denganmu. Aku suka bagian ini.
Rekamannya tak akan pernah rusak dan hilang dalam memoriamku.
Benar-benar tidak pernah membuatku
jenuh memfigurakan senyum manisnya itu. Layaknya sunset merah yang terbias lesu
tetapi teduh. Sorot matanya itu, saat pertama dari kedekatan kami benar-benar
menyorot sisi gelap dari keterpurukanku. Singkatnya ia menerimaku yang lusuh
ini, apa adanya. Dan kata-kata ini ia selipkan pada telingaku yang sampai
sekarang masih kokoh tertanam dan berdengung di telingaku:
“love based by the glorious of duty, still growth although the beauty has changed into grey, and the courage changed into the weakness”
Ya hari berganti dengan bulan dan bulan berganti dengan
tahun dan….. 2,5 tahun! Cerita kami
masih berlanjut sampai hari ini. Cerita bahagia, muram sampai
tinju-tinjuan(ngga juga deh *kentut-kentutan). Dan hari itu aku benar-benar
tidak bisa mentoleransi lagi sikap unpredictable-nya yang kelewat
complicatedtable oleh seorang AKU yang sedang tidak bisa searah dengan
prinsipnya. Kita berjalan dalam satu garis awalnya. Kemudian, ia memaki tempat
berdiriku. Semua mata melihat sikapnya padaku saat itu. Perasaanku? Malu!
Kemudian aku mengejarnya, dan dia berlari.
Aku putuskan, aku lelah. Aku tak akan pernah lagi mengejar larinya atau
membuntut langkahnya. Mati rasa. Kita berlari berbeda arah. Kurenungkan tentang
hari itu. Dia? Entahlah. Tapi kemudian ia kembali mencoba bicara padaku.
membersihkan tempat berdiriku yang sebelumnya ia maki. Menjaga dua jarinya,
telunjuk dan tengah secara bersama. “tak akan melakukan hal itu LAGI”.
Kusimpan. Dan bahagianya dia menjaga janjinya itu. kuharap selamanya. Itulah gumpalan gula
asinku yang pertama dalam hubungan antara insan berlawanan jenis yang dibalut
anehnya rasa cinta yang manis atau juga sesekali keruh.
Dan inilah yang selanjutnyaàSAHABAT. Sebelumnya, menurut kalian apa
itu sahabat? Orang yang selalu ada disaat kita butuh? Orang yang selalu siap
melepaskan pakaian dalamnya untuk diulurkan saat kamu akan jatuh kejurang? Atau
siap menari perut dengan perut buncitnya hanya untuk membuatmu tertawa ? atau menolongmu untuk ‘kepentingan’ mu sendiri? hey sebentar!
Jangan berpikir negative dulu ya pada definisi dan pertanyaan terakhirku ini.
Karena walaupun sebenarnya banyak diluar sana yang menggunakan definisi itu,
bukan itu maksudku. Yang kumaksud dengan ‘kepentingan’ itu adalah saat kamu
membutuhkan dunia yang berbeda saat sedang bersama sahabat-sahabatmu dibanding dengan
dunia seberangmu yang jauh berbeda, yang memuakkan-atau-menjenuhkan. Ya itu
sekian definisi sahabat dariku. Seru? Ya aku sudah bilang dari awal, bahwa
hidup tak akan bisa berbanding lurus dengan pikiran atau definisimu itu. Karena
serunya punya sahabat, juga akan menjadi nuansa yang berbanding terbalik ketika
kamu malah mencederainya.
Maksudku, ehm……. (aku benar-benar
butuh berpikir tentang hal ini). Karena kata yang satu ini sedang mengacak-acak pikiranku ~RANDOM.
Actually I need someone who could flying
their flag on my own mind, to make my own mind
being clear and straight. Tapi sayangnya, itu hanya jeritan yang
tertahan pada tenggorokan keringku yang telah bernanah ini. Aku baru saja
mencederai esensi dari persahabatan yang sebenarnya sudah dengan baik hati
diberikan untukku. Ya itulah bodohnya aku. Si pemarah ini selalu berdiri pada
jalan pikiran dan prinsipnya yang terlalu membatu HELL-O SELFISH. Tapi itu juga
bukan salahku ya, salahkan saja masa laluku yang busuk itu. Tapi ini juga bukan
pembelaanku. Aku juga tidak mengutarakannya kan? Ah SH*T back to the theme
ya.
Ya yang tadi tentang persahabatan
yang kurusak itu (oh my-holy-fucking-awkward!!!!!) Ya awalnya aku merasa ada
yang berbeda pada sisi pribadi sahabat ku itu, aku menegurnya dengan bahasa
yang sudah kusiapkan ratusan jam sebelumnya, karena menurutku pribadinya sudah
sangat mengkhawatirkan. Terlebih beberapa waktu sebelumnya sahabat-sahabatku
yang lain mengeluhkan sikapnya itu, dan dengan sok TAU dan DEWASA si pemarah
dan bodoh ini, mencoba bicara kenapa? Dan apa yang terjadi? Dan…………..ya, dia hanya
menatapku nanar sambil berlalu meninggalkan aku. HEYYYYYYYY I’m here sahabat! You
throw me in the trash girl!!!!
Setelah itu aku mencoba mengejarnya lagi. Dalam point-point angkuhnya itu, aku mencoba bicara lagi dengannya, tetapi ia hanya menghempaskan setiap
kata-kataku. Jujur saja seketika itu juga aku marah dan bilang padanya “aku tak
akan lagi bicara padamu”. Padahal disaat yang bersamaan batinku teriak “HEH
BODOH DIA SAHABATMU” , aku hanya diam dan kembali mengejarnya dan mencoba
memperbaiki hubungan antar manusia yang kujalin dengannya. Dan dia malah
melempar balik kata-kata yang telah ku lontarkan “loh bukannya anda tidak mau
lagi bicara dengan saya? Masih pentingkah anda bicara dengan saya?” yup in that
time I was fallin’ deep under to the
hell. BIG SHIT CRAP IN MINE horaaaaay!!!!
Saat itu aku mulai, hanya menganggap
semua orang relasi menuju Tuhan. Tak ada lagi kedekatan secara harfiah dan
ragawi yang aku tunjukkan pada mereka, atau bahkan hanya sekedar memanggil
mereka teman atau sahabat. Bagiku itu cukup dalam batinku. Aku hanya ingin
merdeka, tidak memiliki kepentingan. Ratusan kali mungkin aku pernah bicara ini
kepada seseorang, alasannya hanya karena aku tidak ingin ada pihak yang merasa 'kugunakan'.
Aku tidak ingin sahabatku dibenci orang lain.
Menurutku atau definisi si angkuh ini, jalan yang ku ambil adalah jalan yang
terbaik. Untuk tidak lagi menunjukan rasaku terhadap orang-orang yang kuanggap
sahabat. Aku bersedia membanting kemudiku untuk dibencinya. Karena dengan sikap
yang kulakukan ini, membuatnya berhenti melakukan hal-hal yang bodoh yang menyebalkan
kepada orang lain. Buatku, untuk sahabat-sahabatku. Lebih baik mereka
membenciku. Membenci definisi hidupku. Dibanding sahabatku dibenci orang lain. Lagipula, selama ini kebanyakan
dari mereka tidak mengenalku seutuhnya. Mereka hanya mengenal namaku. Mereka
hanya mengenal material dari wujud tubuhku, tanpa tau isinya. Yang terjadi atau
mungkin perasaanku saja, semua orang bertanggapan sinis dengan pilihan prinsip jalan hidupku diatas
pikiran mereka. Kupikir lebih baik begitu.
Ya itulah hidup, menyia-nyiakan rasa
manis gula yang kamu dapat dengan menambahkan garam-garam perselisihan akan
menjadikan kemunduran untukmu sendiri. Walaupun saat itu (untukmu sahabat)
maksudku hanya ingin membuatmu melihat hidup dari sisi yang berbeda. Tidak
semua orang bisa kamu perlakukan seperti orang yang ‘menggunakanmu’.
Tapi, semua harus kamu sadari bahwa
setiap kepala kita berbeda. Setiap dada kita terselip rasa yang berbeda-beda.
Dan tidak semua orang mengerti bahasa tersirat dengan gayamu (kalau yang ini
khusus untukku). Kalau generalnya, tidak semua orang menginterpretasikan
definisimu dengan sejalannya pikiranmu. Berusalah menghargai itu. Dan berusahalah
mengetahui maksud baiknya. Jika tidak, kamu akan terperangkap. Dalam kerumunan
gula, yang membunuhmu dengan asinnya. Ya inilah point sebenarnya, bahwa yang
membuatmu dalam putaran permainanmu sendiri tanpa menyadari realita
sekelilingmu bukan wujud material yang kutawarkan sebelumnya itu tetapi, adalah
ketika kamu mendominasi segalanya dengan pemahaman dan definismu sendiri.
That’s it. My salty sugar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar