Kenaikan BBM bersubsidi Rp. 2000 per liter menimbulkan pro dan kontra
di kalangan masyarakat Indonesia. Kenaikan BBM untuk Premium menjadi Rp
8.500, Solar menjadi Rp. 7.500.
Berikut Pro dan Kontra terhadap Kenaikan BBM.
Pro terhadap Kenaikan BBM:
Sumber:
Berikut Pro dan Kontra terhadap Kenaikan BBM.
Pro terhadap Kenaikan BBM:
- Kemacetan di Indonesia. Di kota-kota besar Indonesia, kemacetan semakin parah. Kenapa demikian? Salah 1 penyebab utamanya adalah harga premium yang terlalu murah. Akibatnya, orang-orang seenaknya berkeliaran ke sana kemari dengan mengendarai mobil. Kalau harga premium dinaikkan, mereka pasti akan lebih menghemat penggunaan bensin. Dengan demikian kemacetan bisa dikurangi.
- Masih banyak sektor pembangunan lain yang membutuhkan dana APBN, terutama di bidang pendidikan dan ekonomi. Penulis meyakini bahwa akan jauh lebih baik jika uang negara dialokasikan ke sana, daripada untuk subsidi BBM yang tidak tepat sasaran. Pembangunan tentu akan menjadi lebih maju. Memang dampaknya belum akan terasa dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang, pasti akan terasa. Rakyat tidak perlu merasa khawatir dengan terjadinya inflasi; pada nyatanya, inflasi itu selalu terjadi tiap bulan, meskipun tidak ada kenaikan harga BBM. Toh sebagai gantinya, pembangunan akan menjadi lebih maju.
- Harga minyak dunia sudah naik cukup tinggi. Ini mengakibatkan biaya yang harus ditanggung pemerintah untuk subsidi BBM juga semakin besar. Saat ini, harga ekonomi premium seharusnya sudah mencapai Rp 9.018 per liter. Sama sekali tidak masuk akal kalau harga premium terus dipaksakan tetap di angka Rp 4500 per liter. Harga minyak dunia yang tinggi tersebut juga menyebabkan harga shell dan pertamax melejit tinggi, hampir menembus Rp 10.000 per liter. Disparitas harga yang begitu besar antara pertamax dengan premium menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan premium. Akibatnya, biaya subsidi BBM yang harus dikeluarkan pemerintah pun semakin besar.
- Berbeda dengan para mahasiswa pada umumnya yang menolak kenaikan
harga BBM, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (FEUI) justru mendukung kebijakan pemerintah menaikkan harga
BBM. Dalam konferensi pers, Senin, 17 November 2014, di Selasar FEUI,
Kampus UI, Kota Depok, Jawa Barat, BEM FEUI menyatakan mendukung
kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar minyak menjadi Rp
8.500 per liter.
Setelah melalui studi dan kajian, BEM FEUI mengungkapkan bahwa
subsidi BBM yang semakin membengkak telah membebani APBN dan mengurangi
ruang fiskal. Padahal, alokasi subsidi BBM sangat timpang jika
dibandingkan untuk alokasi aspek lain yakni pendidikan, kesehatan, dan
bantuan sosial.
Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis FEUI Hazna Nurul Faiza mengatakan, subsidi BBM merupakan salah satu faktor utama penyebab defisit ganda yang dialami Indonesia.
“Dengan mengurangi subsidi BBM, APBN dan neraca pembayaran dapat diselamatkan,” ujar Hazna kepada Suara Pembaruan.
Dukungan untuk kenaikan harga BBM tak hanya disuarakan oleh BEM FEUI, tapi juga oleh BEM FK, BEM FKG, BEM FPsikologi. Setelah menyampaikan dukungan, BEM FEUI tetap akan memonitor dan mengawasi pembagian subsidi bagi rakyat miskin melalui Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan sejumlah kartu yang dikeluarkan pemerintah lainnya.
- Menurut: A. Budi Hartono, S.H. sebagai Advokat dari Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta, mengcounter atas sikap dan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah terkait kenaikan BBM, yang dipetik sebagai berikut “ Komentar Wapres adalah menyesatkan dan kebohongan public, bahwa imbas kenaikan BBM adalah jelas betul-betul menyiksa kalangan masyarakat menengah ke bawah karena yang banyak memakai Premium. Sedangkan untuk kalangan pejabat / orang kaya hanya memakai pertamak” komentar tersebut diungkapkan melihat kenyataan yang dilakukan oleh masyarakat dalam memakai BBM untuk kehidupan sehari-hari. Karena pada kenyataannnya masyarakat miskin hanya mampu membeli premium saja.
- AMI Protes Kenaikan BBM
Ratusan mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Indonesia (AMI) yang terdiri
dari 15 kampus seperti ISTN, UP, UI, Unas, Trisakti, Posgoro, IISIP,
Universitas Sahid, UIN dan Gunadarma, menggelar aksi protes dengan
memblokade Jalan Lenteng Agung. Aksi tersebut digelar sebagai protes
terhadap kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi.
“Kami (AMI) secara tegas menolak kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan Pemerintah Jokowi-JK,” kata Tintus, koordinator aksi.
Menurut Tintus, kenaikan harga BBM tersebut membebani masyarakat karena harus mengeluarkan pengeluaran yang lebih demi memenuhi kebutuhan hidup.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar