BERAPA triliun uang dihabiskan untuk keperluan operasi kemanusian dalam tragedi memilukan jatuhnya pesawat naas Air Asia QZ-8501 yang ditemukan terjerembab di Selat Karimata, Kalimantan Tengah?
Selain keterlibatan berbagai personi lintas instansi di Indonesia, sejumlah petugas negara- negara sahabat seperti Australia, Singapura, Malaysia, Rusia, Australia dan lainnya telah berjibaku mencari dan mengevakuasi jenazah dan bangkai pesawatnya.
Namun berapa banyak uang yang sudah dihabiskan? Hingga kini masih serba belum jelas. Tetapi seperti kita ketahui, biaya untuk puluhan Pesawat Udara, Kapal Laut, alat- alat canggih pendeteksi, biaya identifikasi (DVI), uang makan para petugas dari dalam dan luar negeri, plus biaya rumah sakit, ambulan, uang makan supir ambulannya dan lainnya, itu jelas tidak sedikit.
Lantas pertanyaannya. Siapa yang menanggung itu semua? Pemerintah Indonesia kah? Atau masing- masing negara yang terlibat menanggung sendiri biayanya? Atau semuanya ditanggung oleh manajemen Air Asia? Inilah misterinya.
Bahwa hingga kini, belum pernah ada publikasi dari pejabat manapun mengenai siapa yang paling bertanggung jawab atas biaya- biaya operasional itu secara include. Sekalipun tragedi ini pantas kita sebutkan sebagai operasi kemanusiaan.
Yang jelas, Presiden Joko Widodo (Jokowi), kemarin telah memerintahkan seluruh unsur baik TNI- Polri, Sipil dan lainnya di pusat dan daerah untuk bahu- membahu membantu menuntaskan kasus pesawat naas berpenungpang 155 orang dan 7 awak yang take of dari Bandara Juanda, Surabaya 28 Desember 2014 menuju Singapura itu.
Memang, Tony Fernandes, big bos Air Asia, bermarkas besar di Malaysia, kemarin kepada media lokal dan internasional menyatakan pihaknya bertanggung jawab.
Namun Tony Fernandes, tidak menjelaskan pihaknya bertanggung jawab secara keseluruhan termasuk biaya- biaya operasional yang kini tengah berlangsung di Pangkalan Bun, Kalimantan sana.
Maka itu, patut kita pertanyakan. Ini bukan suujon. Jangan- jangan, tanggung jawab disebutkan Tony Hernandes, hanya sebatas tanggung jawab untuk memberikan tunjangan sosial kepada 155 korban penumpang dan 7 korban awak kabin pesawatnya.
Padahal, sejatinya, beliau harus bertanggung jawab secara include. Mengkaper smua biaya operasi aparat yang terlibat serta biaya BBM Pesawat Udara, Kapal laut. mobil- mobil ambulance dan supirnya serta uang makan pihak yang sudah menunjukkan dedikasinya untuk berani mati- tanpa memikirkan lagi masalah keluarganya di rumah untuk terlibat dalam membantu menuntaskan secepat mungkin masalah itu demi mengharumkan merah putih di mana dunia.
Pasalnya, hingga kini, yang terdengar kabar di media bahwa untuk BBM saja, misalnya, itu didatangkan dari SKK Migas 500 KL. Nanti menyusul lagi dari PT Pertamina. Tapi yang namanya dari Air Asia belum terdengar loh, ini gimana? “Sekarang itu tidak ada yang makan gratis”.
Nah, sementara dari manajemen Air Asia, penulis belum pernah mendengar kabar termasuk melalui media bahwa mereka telah mengucurkan biaya operasional untuk proses pencarian hingga evakuasi mayat dan bangkai pesawatnya.
Maka itu, mumpung belum “kecele” ada baiknya kita mewacanakan agar manajemen Air Asia tidak lupa dari tanggung jawabnya. Karena manusia itu bersifat lupa. Dan penulis meyakini memang, bahwa Tony Fernandes, sang big bos Air Asia pasti menyadari hal itu. Semoga!
sumber:http://citraindonesia.com/siapa-tanggung-biaya-operasi-pencarian-air-asia-qz-8501/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar